Minggu, 18 Februari 2024

Bagaimana hukumnya membedah perut ibu hamil yang meninggal dunia sementara janin yang dikandungnya ada harapan untuk hidup?


 

[Jawab:]

Hukumnya wajib apabila ada dugaan kuat bahwa janin tersebut ada harapan untuk hidup.


Kitab Majmu' Syarh Al Muhaddzab

قال المصنف رحمه الله

{وإن مَاتَتْ امْرَأَةٌ وَفِي جَوْفِهَا جَنِينٌ حَيٌّ شُقَّ جوفها لانه استبقاء حي باتلاف جزء من الميت فأشبه إذا اضطر الي أكل جزء من الميت}

Mushonnif berkata: Jika seorang wanita meninggal dunia dan di dalam perutnya terdapat janin yang hidup, maka perutnya harus dibelah karena menyelamatkan yang hidup dengan jalan merusak bagian dari yang mati sehingga serupa dengan kondisi apabila terpaksa (darurat) harus memakan bagian dari sesuatu yang mati (makan bangkai untuk menyelamatkan nyawa yang hidup) 


{الشَّرْحُ}

 هَذِهِ الْمَسْأَلَةُ مَشْهُورَةٌ فِي كُتُبِ الْأَصْحَابِ وَذَكَرَ صَاحِبُ الْحَاوِي أَنَّهُ لَيْسَ لِلشَّافِعِيِّ فِيهَا نَصٌّ قَالَ الشَّيْخُ أَبُو حَامِدٍ وَالْقَاضِي أَبُو الطَّيِّبِ وَالْمَاوَرْدِيُّ وَالْمَحَامِلِيُّ وَابْنُ الصَّبَّاغِ وَخَلَائِقُ مِنْ الْأَصْحَابِ قَالَ ابْنُ سُرَيْجٍ إذَا مَاتَتْ امْرَأَةٌ وَفِي جَوْفِهَا جَنِينٌ حَيٌّ شُقَّ جَوْفُهَا وَأُخْرِجَ فَأَطْلَقَ ابْنُ سُرَيْجٍ الْمَسْأَلَةَ قَالَ أَبُو حَامِدٍ وَالْمَاوَرْدِيُّ وَالْمَحَامِلِيُّ وَابْنُ الصَّبَّاغِ وَقَالَ بَعْضُ أَصْحَابِنَا لَيْسَ هُوَ كَمَا أَطْلَقَهَا ابْنُ سُرَيْجٍ بَلْ يعرض علي القوابل فان قلنا هَذَا الْوَلَدُ إذَا أُخْرِجَ يُرْجَى حَيَاتُهُ وَهُوَ ان يكون له سنة اشهر فصاعدا شق جوفها واخرج وإن قلنا لَا يُرْجَى بِأَنْ يَكُونَ لَهُ دُونَ سِتَّةِ أَشْهُرٍ لَمْ يُشَقَّ لِأَنَّهُ لَا مَعْنَى لِانْتِهَاكِ حُرْمَتِهَا فِيمَا لَا فَائِدَةَ فِيهِ قَالَ الْمَاوَرْدِيُّ وَقَوْلُ ابْنِ سُرَيْجٍ هُوَ قَوْلُ أَبِي حَنِيفَةَ وَأَكْثَرِ الْفُقَهَاءِ (قُلْت) وَقَطَعَ بِهِ الْقَاضِي أَبُو الطَّيِّبِ فِي تَعْلِيقِهِ والعبدرى فِي الْكِفَايَةِ. وَذَكَرَ الْقَاضِي حُسَيْنٌ وَالْفُورَانِيُّ وَالْمُتَوَلِّي والبغوى وغيرهم في الذى لا يرجى حياته وجهين (احداهما) يُشَقُّ (وَالثَّانِي)

لَا يُشَقُّ قَالَ الْبَغَوِيّ وَهُوَ الْأَصَحُّ قَالَ جُمْهُورُ الْأَصْحَابِ فَإِذَا قُلْنَا لَا تشق لَمْ تُدْفَنْ حَتَّى تَسْكُنَ حَرَكَةُ الْجَنِينِ وَيُعْلَمَ أَنَّهُ قَدْ مَاتَ هَكَذَا صَرَّحَ بِهِ الْأَصْحَابُ فِي جَمِيعِ الطُّرُقِ


[Syarah:]

Masalah ini masyhur (terkenal) dalam kitab-kitabnya ashab (pembesar²) Madzhab Syafi'i. Pengarang Kitab Al Hawiy menuturkan bahwa tidak ada nash dari Imam As-Syafi'i tentang masalah ini. Syekh Abu Hamid, Qodhi Abu Thoyyib, Al Mawardi, Al Mahamiliy, Ibnu Shobbagh, dan khalayak dari para pembesar Madzhab Syafi'i mengatakan hal ini. Ibnu Suraij berkata: jika seorang wanita meninggal dunia dan di dalam perutnya terdapat janin yang hidup, maka perutnya harus dibelah dan dikeluarkan janinnya. Kemudian Ibnu Suraij memutlakkan masalah ini (tanpa ada batasan/perincian). Syekh Abu Hamid, Al Mawardi, Al Mahamiliy, Ibnu Shobbagh berkata akan hal ini. Sebagian pembesar Madzhab Syafi'i berkata: masalah ini tidak seperti yang dimutlakkan oleh Ibnu Suraij, bahkan diperluas dari banyak sisi. Jika kita mengatakan anak (janin) ini ketika dikeluarkan dari perut masih ada harapan hidup sekira usianya 1 (satu) tahun atau lebih maka perutnya wanita tersebut harus dibelah dan dikeluarkan anaknya. Jika kita mengatakan tidak ada harapan hidup sekira usianya kurang dari 6 (enam) bulan maka tidak boleh dibelah perutnya karena tidak ada artinya dan karena merusak kehormatan mayit sebab perkara yang tidak ada faidahnya. Imam Al Mawardi mengatakan hal ini. Adapun ucapan Ibnu Suraij adalah ucapan Imam Abu Hanifah dan kebanyakan ulama'. Aku katakan dan hal ini dipastikan oleh Qodhi Abu Thoyyib dalam ta'liqnya dan Al Abdariy dalam kitab al kifayah. Qodhi Husain, Imam Furoni, Imam Mutawalli, Imam Baghowi dan selain mereka menuturkan tentang janin yang tidak ada harapan hidup maka ada 2 (pendapat): pertama, perutnya harus dibelah. Kedua, perutnya tidak boleh dibelah, Imam Baghowi mengatakan hal ini. Ini adalah Qaul Ashoh. Jumhur Ashab (mayoritas pembesar Madzhab Syafi'i) mengatakan: Jika kita katakan tidak boleh dibelah, maka tidak boleh dimakamkan  terlebih dahulu sampai berhenti gerakan janinnya dan diketahui bahwa ia telah meninggal. Begitulah para Ashab menyatakannya dalam semua jalan.


Wallahua'lam bisshowaab...