Kamis, 07 Desember 2023

NGAJI KITAB HASYIYAH AL BAJURI Seri Ke-3 : Usia 40 (empat puluh) tahun dianggap sudah matang karena memang masuk kategori "tua" sehingga di usia ini harus ngebut beramal sholih dan meninggalkan maksiat

 



(Maqra' teks ada di foto)

Lanjutan dari sebelumnya...


    Murid² pensyarah Kitab Fathul Qarib mengungkapkan lafadz qoola (قال) menggunakan fi'il madhi bukan fi'il mudhori' karena sesungguhnya ucapan Imam Ibnu Qasim Al Ghazzi (pensyarah kitab) benar² telah terjadi di masa lampau (jadi Kitab Fathul Qarib yang berisi sekian bab dan sekian pasal itu sudah dikarang di masa lalu oleh Imam Ibnu Qasim Al Ghazzi, baru kemudian murid²nya membuat dibajah yang diawali dengan lafadz qoola (قال) karena gurunya sudah mengucapkan dan menuliskan isi kitab sebelum dibajah). Dibajah ini menceritakan ucapan yang telah terjadi di masa lalu dari sebagian murid² Imam Ibnu Qasim Al Ghazzi.


      Yang diungkapkan Imam Al Barmawi yaitu lafadz qoola (قال) menggunakan fi'il madhi bukan fi'il mudhori' karena litahaqquqihi (konsep tahaqququl wuqu', yaitu menunjukan bahwasanya pasti akan terjadi di masa depan sehingga pakai fi'il madhi) sehingga seakan² bakal terjadi di masa depan adalah mardud (tertolak) karena secara haqiqat ucapan pensyarah memang sudah terjadi / sudah terucap (bukan di masa depan baru terjadi).


[Ucapan Murid Pensyarah (Murid Ibnu Qasim Al Ghazzi):]

"As Syaikhu (seorang syekh)" lafadz As Syaikh asalnya adalah mashdar dari fi'il شاخ (Syaakho). Diucapkan: Syaakho, yasyiikhu, Syaikhon. Kemudian lafadz tersebut disifati (dijadikan sifat) karena mubalaghoh (hiperbola / bermakna sangat). Sah juga apabila As Syaikh adalah sifat musyabbahah bismil fa'il (sifat yang diserupakan dengan isim fa'il).


       As Syaikhu secara lughot (bahasa) adalah orang yang telah mencapai usia 40 tahun karena manusia selagi masih di dalam perut ibunya maka disebut janin karena ia tersembunyi dan tertutup. Setelah lahir disebut bayi, anak cucu, anak kecil. Setelah baligh disebut pemuda, belia. Setelah berusia 30 tahun disebut kahlun (paruh baya). Setelah berusia 40 tahun, untuk laki² disebut Syaikhun (orang yang tua) dan untuk perempuan disebut syaikhotun (orang yang tua). As Syaikhu secara istilah adalah orang yang mencapai derjat ahli keutamaan ('alim, sholih dll) meskipun masih anak kecil. Lafadz As Syaikhu (isim mufrod) memiliki 11 (sebelas) jama': yang 5 (lima) diawali dengan huruf Syin (ش), yaitu Syuyuukhun (didhommah syinnya) dan Syiyuukhun (dikasrah syinnya), kemudian Syayakhotun (difathah ya'nya) dan Syaykhotun (disukun ya'nya), lalu Syiikhoonun seperti lafadz Ghilmaanun. Yang 5 (lima lainnya) diawali dengan huruf mim (م), yaitu Masyaayikhun (dengan menggunakan ya' bukan hamzah), kemudian Masyiikhotun (difathah mimnya) dan Misyiikhotun (dikasrah mimnya), kemudian Masyuukhoou (dengan menetapkan wawu setelah ya') dan  Masyiikhoou (dengan menghilangkan wawu). Yang 1 (satu) sisanya diawali dengan hamzah, yaitu Asyaakhun. 


       Semua lafadz jama' tersebut adalah Syadz (abnormal / aneh) kecuali 2 (dua) jama' saja, yang pertama adalah Syuyuukhun (شيوخ) sebagaimana yang dikehendaki oleh Imam Ibnu Malik dalam Kitab Alfiyahnya:

        Seperti lafadz fa'ilun (contohnya kabidun) yang dijamakkan mengikuti wazan fu'uulun (فعول) menjadi kubuudun, maka berlaku juga dalam isim yang berwazan fa'lun yang dimutlakkan fa' fi'ilnya (maksudnya dimutlakkan fa' fi'ilnya adalah bisa jadi fa'lun, fi'lun dan fu'lun) maka jamaknya juga mengikuti wazan fu'uulun (فعول) sehingga Syaikhun menjadi Syuyuukhun. Yang kedua (yang tidak syadz) adalah Asyaakhun (أشياخ) sebagaimana yang dikehendaki oleh Imam Ibnu Malik dalam Kitab Alfiyahnya:

      Isim Tsulatsi (mufrod) yang ketika jamaknya tidak mengikuti wazan af'ulun maka jamaknya mengikuti wazan af'aalun (أفعال). Lafadz Syaikhun tidak memiliki jamak Asyukhun maka jamaknya mengikuti wazan af'aalun menjadi Asyaakhun (أشياخ).


Wallahua'lam bisshowaab....

Bersambung ke Seri 4....


Catatan Penting untuk membantu pemahaman:

Contoh konsep tahaqquq wuqu' (suatu kejadian di masa depan yang pasti bakal terjadi nyata) adalah misal di ayat pertama Surat Al Waqi'ah: Idza Waqoatil Waqiah (apabila terjadi hari kiamat)..dst..... menggunakan fi'il madhi bukan mudhori' karena untuk tahaqquq wuqu' sesuatu yang belum terjadi tetapi bakal pasti terjadi kelak. Fi'ilnya justru menggunakan fi'il madhi (lampau). 


Hal ini tidak berlaku dalam dibajah di atas karena ucapan Imam Ibnu Qasim Al Ghazzi tentang syarah atas Matan Abi Syuja' benar² "telah terjadi" di masa lalu bukan "akan terjadi" oleh karenanya penggunaan fi'il madhi di atas bukan karena konsep tahaqquq wuqu' melainkan karena memang lampau secara haqiqotan.


0 komentar:

Posting Komentar