Rabu, 24 Juli 2024

Bagaimana hukumnya membaca Al Qur'an dengan langgam jawa atau dengan jenis lagu yang lain?

 


Jawaban:

Makruh, selama tidak keluar dari kaidah-kaidah tajwid. Jika keluar, maka haram.


Kitab Al Minahul Fikriyah Syarah Jazariyah

وفي الموطأ وسنن النسائي عن حذيفة - رضي الله عنه - عن النبي ﷺ قال: «اقرءوا القرآن بلحون العرب وإياكم ولحون أهل الفسق والكتابين» - إلى أن قال - والمراد بألحان العرب القراءة بالطبائع والأصوات السليقة وبألحان أهل الفسق: الأنغام المستفادة من القواعد الموسيقية، والأمر محمول على الندب والنهي محمول على الكراهة محمول على الكراهة إن حصل له معه المحافظة على صحة ألفاظ الحروف وإلا فمحمول على التحريم،

Dalam Kitab Al Muwattho' dan Kitab Sunan Nasa'i dari Khudzaifah RA, dari Nabi Muhammad SAW: "Bacalah Al Qur'an dengan lagu/nada arab, dan jauhilah lagu/nada ahli fasik dan ahli kitab... dst..... yang dimaksud dengan lagu/nada arab adalah bacaan dengan memakai karakter (tabiat) dan suara-suara yang jelas (fasih, alami). Yang dimaksud dengan lagu/nada ahli fasik adalah lagu/nada yang diadopsi dari kaidah-kaidah (aturan) musik. Perintah dalam hadist ini diarahkan pada hukum SUNNAH, sementara larangan dalam hadist ini diarahkan pada hukum MAKRUH sepanjang masih menjaga kebenaran lafadz² huruf. Apabila tidak memenuhi syarat ini maka diarahkan pada hukum HARAM.


Kitab Al Itqon Fii Ulumil Qur'an

وَأَمَّا الْقِرَاءَةُ بِالْأَلْحَانِ فَنَصَّ الشَّافِعِيُّ فِي الْمُخْتَصَرِ أَنَّهُ لَا بَأْسَ بِهَا وَعَنْ رِوَايَةِ الرَّبِيعِ الْجِيزِيِّ أَنَّهَا مَكْرُوهَةٌ.

قَالَ الرَّافِعِيُّ: قَالَ الْجُمْهُورُ لَيْسَتْ عَلَى قَوْلَيْنِ بَلِ الْمَكْرُوهُ أَنْ يُفَرِّطَ فِي الْمَدِّ وَفِي إِشْبَاعِ الْحَرَكَاتِ حَتَّى يَتَوَلَّدَ مِنَ الْفَتْحَةِ أَلِفٌ وَمِنَ الضَّمَّةِ وَاوٌ وَمِنَ الْكَسْرَةِ يَاءٌ أَوْ يَدْغَمَ فِي غَيْرِ مَوْضِعِ الْإِدْغَامِ فَإِنْ لَمْ يَنْتَهِ إِلَى هَذَا الْحَدِّ فَلَا كَرَاهَةَ.

قَالَ فِي زَوَائِدِ الرَّوْضَةِ: وَالصَّحِيحُ أَنَّ الْإِفْرَاطَ عَلَى الْوَجْهِ الْمَذْكُورِ حَرَامٌ يَفْسُقُ بِهِ الْقَارِئُ وَيَأْثَمُ الْمُسْتَمِعُ لِأَنَّهُ عَدَلَ بِهِ عَنْ نَهْجِهِ الْقَوِيمِ. قَالَ: وَهَذَا مُرَادُ الشَّافِعِيِّ بِالْكَرَاهَةِ.

قلت: وفيه حديث: «اقرؤوا الْقُرْآنَ بِلُحُونِ الْعَرَبِ وَأَصْوَاتِهَا وَإِيَّاكُمْ وَلُحُونَ أَهْلِ الْكِتَابَيْنِ وَأَهْلِ الْفِسْقِ فَإِنَّهُ سَيَجِيءُ أَقْوَامٌ يُرَجِّعُونَ بِالْقُرْآنِ تَرْجِيعَ الْغِنَاءِ وَالرَّهْبَانِيَّةِ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ مَفْتُونَةٌ قُلُوبُهُمْ وَقُلُوبُ مَنْ يُعْجِبُهُمْ شَأْنُهُمْ». أَخْرَجَهُ الطَّبَرَانِيُّ وَالْبَيْهَقِيُّ.

Adapun bacaan qur'an dengan lagu/nada, maka Imam Syafi'i menegaskan dalam Kitab Mukhtashor bahwasanya tidak mengapa hal demikian. Dari riwayat Imam Ar Rabi' Al Jizi bahwasanya qiroah yang demikian itu hukumnya makruh. Imam Ar Rofi'i berkata: jumhur ulama' berkata bahwasanya tidak ada 2 (dua) pendapat dalam bacaan qur'an dengan lagu/nada, melainkan makruh ketika mengabaikan hukum Mad dan tidak terpenuhinya harakat secara sempurna sehingga muncul alif dari fathah, muncul wawu dari dhommah, dan muncul ya' dari kasrah atau mengidghom tempat yang seharusnya tidak boleh idgham. Apabila tidak sampai batas yang demikian, maka tidak makruh. Imam Nawawi berkata dalam zawaidnya Kitab Ar Raudhah: Yang benar adalah  bahwasanya mengabaikan aspek yang disebutkan tadi hukumnya haram dan bisa menjadikan pembacanya fasik dan yang mendengarkan berdosa karena ia telah berpaling dari metode yang benar. Beliau berkata: Inilah yang dimaksud Imam Syafi'i dengan makruh. Aku katakan: Dalam masalah ini ada hadist: "Bacalah Al Qur'an dengan lagu/nada arab, dan jauhilah lagu/nada ahli fasik dan ahli kitab. Sesungguhnya, kelak akan datang kaum yang menyenandungkan al-Quran sebagaimana yang disenandungkan oleh para penyanyi dan para rahib. Bacaan qur'an mereka itu tidak mencapai kerongkongan mereka. Hati mereka terfitnah, demikian juga hati orang-orang yang mengagumi mereka.” Diriwayatkan oleh Imam Thabrani dan Imam Baihaqi.


Wallahua'lam bisshowaab....


0 komentar:

Posting Komentar