Rabu, 07 Mei 2025

Kiai Abdul Hamid Kajoran dan Mbah Lim

 



Kitab Ha'ulaa'i Masyayikhuna

كان الشيخ كياهي عبد الحميد كجوران مرض مرضا شديدا عند  ما يتقرب مؤتمر نهضة العلماء الثامن والعشرون في سنة تسعة وثمانين وتسعمائة وألف م، فعاده الشيخ كياهي مسلم رفاعي المشهور بمباه ليم والشيخ عبد الرحمن وحيد المشهور بغوس دور، فقال الشيخ حميد للشيخ مسلم: كياهي قد حان أجلي فأنا سأموت الآن، فقال له: لا، لا، فقال له: إذا كيف؟ قال له: تفضل من أن تموت ولكن انتظر إلى المؤتمر! فتوفي الشيخ كياهي حميد بأربعين يوما بعد المؤتمر.

Kiai Abdul Hamid Kajoran menderita sakit parah ketika menjelang Muktamar Nahdlatul Ulama ke-28 pada tahun 1989 M. Ia dijenguk oleh Kiai Muslim Rifai yang dikenal dengan sebutan Mbah Lim, dan Kiai Abdurrahman Wahid yang dikenal dengan sebutan Gus Dur. Lalu Kiai Hamid berkata kepada Kiai Muslim: "Kiai, ajal saya telah tiba, saya akan meninggal sekarang". Maka Kiai Muslim menjawab: "Tidak, tidak". Kiai Hamid pun bertanya: "Kalau begitu bagaimana?" Kiai Muslim menjawab: "Sebaiknya, jangan meninggal dulu Kiai, tapi tunggulah sampai muktamar selesai!" dan benar, Kiai Hamid wafat empat puluh hari setelah Muktamar.


Wallahua'lam bisshowaabb...


Sabtu, 03 Mei 2025

Kyai Hamid Pasuruan dan Seorang Lelaki

 


Kitab Ha'ulaa'i Masyayikhuna

وحكي أن رجلا من كندال الجاوي الوسطى قدم يوم إلى الشيخ  كياهي حميد فاسوروان، فلما علم الشيخ أنه من كندال قال له: متى رجعت إلى كندال فاطلب فلان ابن فلان في سوق كندال واقرأ السلام مني! فتحير ذلك الرجل لأن فلانا رجل مشهور بالمجنون في كندال، فسأله: يا شيخ أليس ذالك فلان بن فلان المجنون؟ قال له: هو ولي من أولياء الله المستورين يحفظ تلك الدائرة، ببركته تنزل الرحمة وتدفع المصيبة، فلما رجع إلى كندال طلب فلانا في السوق فوجده فدنا منه وقال له: السلام عليكم، فنظر له نظرة جادة وقال له: وعليكم السلام، ماذا تريد؟  قال له: أن الشيخ كياهي حميد يقرئك السلام، فقال له: عليك وعليه السلام، آه آه قد استترت عن الناس لئلا يعلموني لكنه كشفني للناس، فقال: اللهم الآن كان شخص قد عرفني فإني لا أستطيع تحمله، فاقبض روحي، فقبض الله روحه بعد أن قال لا إله إلا الله محمد رسول الله.

Diceritakan ada seorang lelaki dari Kendal, Jawa Tengah sowan kepada Kyai Hamid Pasuruan. Ketika Kyai Hamid mengetahui bahwa lelaki tadi berasal dari Kendal beliau berkata kepadanya: "Jika engkau kembali ke Kendal, carilah si Fulan bin Fulan di pasar Kendal dan sampaikan salam dariku!". Lelaki itu pun menjadi bingung karena orang yang disebutkan itu terkenal sebagai orang gila di Kendal. Maka dia bertanya: "Maaf Kyai, bukankah si Fulan bin Fulan itu gila?" Kyai Hamid menjawab: "Dia adalah salah satu wali Allah yang tersembunyi (mastur), dia menjaga daerah itu. Berkat keberkahannya, rahmat turun dan musibah dihindarkan." Ketika lelaki itu kembali ke Kendal, dia mencari si Fulan di pasar dan menemukannya. Ia pun mendekat dan mengucapkan, "Assalamu’alaikum." Orang itu menatapnya dengan serius dan berkata, "Wa’alaikumussalam, apa yang kamu inginkan?" Ia menjawab: "Kyai Hamid mengirimkan salam untukmu." Orang itu menjawab, "Wa’alaikumussalam untukmu dan untuknya. Aduh... Aku telah menyembunyikan diriku dari orang-orang agar mereka tidak mengenalku, tetapi dia (Kyai Hamid) telah membukaku kepada orang-orang." Lalu dia berkata: "Ya Allah, sekarang ada orang yang sudah mengenalku, dan aku tak sanggup menanggungnya. Maka cabutlah nyawaku." Maka Allah pun mencabut nyawanya setelah dia mengucapkan, Lā ilāha illallāh Muhammadur Rasūlullāh.


Wallahua'lam bisshowaabb....




Sabtu, 26 April 2025

Kapan batas waktu harus bersegera menuju ke masjid untuk melaksanakan shalat jumat bagi orang yang sibuk di luar masjid (misal bekerja, berdagang dan aktivitas lainnya yang tidak ada unsur dhoruroh)?


 Jawab:

Saat adzan kedua berkumandang (saat adzan untuk khutbah dikumandangkan) wajib bersegera berangkat. Jika menunda, maka hukumnya haram.


Kitab Hasyiyah Al Jamal 'ala Syarh Al Manhaj

(وَحَرُمَ عَلَى مَنْ تَلْزَمُهُ) 

الجُمُعَةُ (اشْتِغَالٌ بِنَحْوِ بَيْعٍ) مِنْ عُقُودٍ وَصَنَائِعَ وَغَيْرِهَا مِمَّا فِيهِ تَشَاغُلٌ عَنْ السَّعْيِ إلَى الْجُمُعَةِ (بَعْدَ شُرُوعٍ فِي أَذَانِ خُطْبَةٍ)

Haram bagi orang yang wajib melaksanakan shalat Jumat menyibukkan diri dengan semacam jual beli, seperti akad-akad, pekerjaan, dan selainnya berupa hal² yang menyibukkan dari bersegera menuju shalat Jumat, (setelah dimulainya adzan untuk khutbah)

...................................................................................................

(قَوْلُهُ: مِمَّا فِيهِ تَشَاغُلٌ عَنْ السَّعْيِ إلَى الْجُمُعَةِ)

 وَهَذَا يُفِيدُ أَنَّ الشَّخْصَ إذَا قَرُبَ مَنْزِلُهُ جِدًّا مِنْ الْجَامِعِ وَيَعْلَمُ الْإِدْرَاكَ وَلَوْ تَوَجَّهَ فِي أَثْنَاءِ الْخُطْبَةِ يَحْرُمُ عَلَيْهِ أَنْ يَمْكُثَ فِي بَيْتِهِ يَشْتَغِلُ مَعَ عِيَالِهِ أَوْ غَيْرِهِمْ بَلْ يَجِبُ عَلَيْهِ الْمُبَادَرَةُ إلَى الْجَامِعِ عَمَلًا بِ قَوْله تَعَالَى ﴿إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ﴾ [الجمعة: ٩]، الْآيَةَ، وَهُوَ أَمْرٌ مُهِمٌّ فَتَفَطَّنْ لَهُ كَذَا رَأَيْتُهُ بِخَطِّ شَيْخِنَا الْبُرُلُّسِيِّ ثُمَّ رَأَيْتُ فِي شَرْحِ الْإِرْشَادِ لِشَيْخِنَا حَجّ وَلَوْ كَانَ مَنْزِلُهُ بِبَابِ الْمَسْجِدِ أَوْ قَرِيبًا مِنْهُ فَهَلْ يَحْرُمُ عَلَيْهِ ذَلِكَ أَوْ لَا كَلَامُهُمْ إلَى الْأَوَّلِ أَمْيَلُ وَهَلْ الِاشْتِغَالُ بِالْعِبَادَةِ كَالْكِتَابَةِ كَالِاشْتِغَالِ بِنَحْوِ الْبَيْعِ قَضِيَّةُ كَلَامِهِمْ نَعَمْ اهـ.

(Ucapan muahonnif: "dari hal-hal yang menyibukkan diri untuk bersegera menuju salat Jumat"). Ini menunjukkan bahwa apabila seseorang rumahnya sangat dekat dengan masjid jami’, dan dia tahu (meyakini) bahwa dia masih bisa mendapatkan shalat jumat meskipun berangkatnya saat khutbah, maka haram baginya untuk tetap tinggal di rumah sambil sibuk dengan keluarganya atau selain keluarganya. Sebaliknya, wajib baginya untuk segera menuju masjid jami’, berdasarkan firman Allah Ta'ala: “Apabila diseru untuk salat…” (QS. Al-Jumu‘ah: 9). Ini adalah perkara penting, maka perhatikanlah baik-baik. Demikian yang aku lihat pada tulisan guru kami al-Burlusi. Kemudian aku juga melihat dalam Syarh al-Irsyad karya guru kami Ibnu Hajar Al Haitami: Apabila rumah seseorang berada di pintu masjid atau sangat dekat darinya, apakah haram baginya (untuk tidak segera pergi ke masjid) atau tidak? Pembahasan para ulama condong kepada pendapat pertama (yaitu haram). Dan apakah kesibukan berupa ibadah seperti menulis kitab sama hukumnya dengan kesibukan seperti berdagang? kesimpulan dari pernyataan mereka adalah, iya.

(قَوْلُهُ: بَعْدَ شُرُوعٍ فِي أَذَانِ خُطْبَةٍ) 

فَإِنْ قُلْت لِمَ تَقَيَّدَتْ الْحُرْمَةُ هُنَا دُونَ التَّنَفلِ فَإِنَّهُ بِمُجَرَّدِ الْجُلُوسِ، قُلْت يُمْكِنُ أَنْ يُفَرَّقَ بِأَنَّ الْمُتَنَفِّلَ حَاضِرٌ ثَمَّ فَالْإِعْرَاضُ مِنْهُ أَفْحَشُ بِخِلَافِ الْعَاقِدِ هَا هُنَا فَإِنَّهُ غَائِبٌ فَلَا يَتَحَقَّقُ الْإِعْرَاضُ مِنْهُ إلَّا بَعْدَ الشُّرُوعِ فِي الْمُقَدِّمَاتِ الْقَرِيبَةِ وَأَوَّلُهَا الْأَذَانُ اهـ. شَوْبَرِيٌّ

(Ucapan mushonnif: "setelah dimulainya adzan khutbah"). Jika kamu bertanya, “Mengapa keharaman yang dibatasi pada saat dimulainya adzan khutbah tidak berlaku bagi orang yang melaksanakan shalat sunnah dimana hukumnya haram melakukan shalat sunnah saat khotib cukup sekedar duduk di mimbar meskipun adzan belum dimulai?” Aku menjawab: Bisa dibedakan antara keduanya. Orang yang shalat sunnah itu berstatus "orang yang hadir", maka berpaling itu lebih buruk. Berbeda dengan orang yang berjualan, karena dia "berstatus ghoib (belum hadir sejak awal)", maka sikap berpaling  tidak dianggap terjadi kecuali setelah dimulainya hal-hal yang mendekati shalat jumat, dan hal pertama yang paling mendekati adalah adzan. (As Syaubari).


Wallahua'la bisshowaab....

Rabu, 23 April 2025

Apakah minyak rambut menjadi penghalang sampainya air ke anggota wudhu atau anggota mandi besar? dan apakah minyak rambut bisa merusak sifat air saat air mengenai anggota sehingga menyebabkan wudhu dan mandi besar tidak sah?


 

Jawab:

Ada khilaf (perbedaan pendapat) menurut para ulama':

- Sebagian menyatakan tidak mecegah sampainya air ke dalam bagian batin dan dimaafkan dari sisi mengubah sifat air;

- Sebagian yang lain menyatakan bisa mecegah sampainya air ke dalam bagian batin dan bisa mengubah sifat air sehingga wajib dihilangkan terlebih dahulu. Ini pendapat yang LEBIH KUAT.

NB: Bisa memilih dan mengamalkan salah satu pendapat.


Kitab Hawasy Syarwani Wa Tuhfatul Muhtaj ilaa Syarh Al Minhaj

(قَوْلُهُ: تَغَيُّرًا ضَارًّا) 

قَالَ فِي الْإمْدَادِ وَمِنْهُ الطِّيبُ الَّذِي يُحَسَّنُ بِهِ الشَّعْرُ عَلَى أَنَّهُ قَدْ يَنْشَفُ فَيَمْنَعُ وُصُولَ الْمَاءِ لِلْبَاطِنِ فَيَجِبُ إزَالَتُهُ اهـ وَهَذَا هُوَ الرَّاجِحُ مِنْ الْخِلَافِ فِي ذَلِكَ كُرْدِيٌّ.

[Ucapan mushonnif: perubahan yang bisa merusak sifat air], dalam kitab al imdad: di antara yang bisa merusak sifat air adalah wewangian yang dipakai untuk memperindah rambut, kemudian terkadang mengering sehingga bisa mencegah sampainya air ke bagian dalam (batin), maka wajib dihilangkan. Ini adalah pendapat yang lebih kuat dalam khilaf (perbedaan pendapat) tentang hal itu menurut Imam Kurdi.


Kitab Fathul Muin Wa Hasyiyah I'anatuttholibin

(أن لا يكون عليه) 

أي على العضو (مغير للماء تغيرا ضارا) كزعفران وصندل، خلافا لجمع.

Tidak ada sesuatu (zat) pada anggota wudhu' yang bisa mengubah air dengan perubahan yang bisa merusak sifat air, seperti za'faran, wewangian cendana. Berbeda menurut sekelompok ulama'.

(قوله: خلافا لجمع) أي قالوا: يغتفر ما على العضو.

Ucapan mushonnif: berbeda menurut sekelompok ulama', maksudnya mereka (sekelompok ulama') berkata: dimaafkan segala hal yang ada pada anggota wudhu'.


Wallahua'lam bisshowaab...


Senin, 21 April 2025

Pak Budi mewakilkan perwalian nikah putrinya kepada Pak Umar, seorang tokoh di kampungnya. Akan tetapi, saat akad nikah berlangsung, Pak Budi tetap ikut hadir di majelis akad dan ikut menyaksikan. Bagaimana keabsahan pernikahan tersebut?

 


Jawab:

Sah, apabila kehadiran Pak Budi hanya hadir biasa, alias bukan sebagai saksi (dia tidak "menjabat" sebagai salah satu dari 2 (dua) saksi dalam rukun nikah). Namun, jika kehadiran beliau adalah sebagai salah satu saksi dalam rukun nikah maka pernikahannya tidak sah karena hakikatnya beliau adalah wali sehingga tidak boleh "rangkap jabatan" menjadi saksi.


Kitab Hasyiyah Al Bajuri 'ala Fathul Qorib

فلو وكل الأب أو الأخ المنفرد فى العقد وحضر مع أخر ليكونا شاهدين لم يصح لأنه متعين للعقد فلا يكون شاهدا لان وكيله نائب عنه فكأنه هو العاقد فكيف يكون شاهدا

Apabila ayah atau saudara laki² tunggal mewakilkan (pada orang lain untuk menjadi wali) dalam akad nikah dan dia (ayah atau saudara tersebut) turut hadir bersama orang lain untuk menjadi 2 (dua) saksi, maka tidak sah akad nikahnya karena dia sudah ditetapkan untuk akad (ditentukan sebagai wali) maka tidak bisa menjadi saksi karena seorang wakil bertindak atas namanya (sebagai pengganti saja) sehingga seakan-akan si ayah atau saudara laki² sendirilah yang berakad, maka bagaimana bisa dia menjadi saksi?


Kitab Hasyiyah Al Jamal 'ala Syarh Al Manhaj

فلَوْ وُكِّلَ الْأَبُ أَوْ الْأَخُ الْمُنْفَرِدُ فِي النِّكَاحِ وَحَضَرَ مَعَ آخَرَ لَمْ يَصِحَّ وإن اجتمع فيه شروط الشهادة لِأَنَّهُ وَلِيٌّ عَاقِدٌ فَلَا يَكُونُ شَاهِدًا كَالزَّوْجِ وَوَكِيلُهُ نَائِبُهُ وَلَا يُعْتَبَرُ إحْضَارُ الشَّاهِدَيْنِ بَلْ يَكْفِي حُضُورُهُمَا كَمَا شَمِلَهُ إطْلَاقُ الْمَتْنِ وَدَلِيلُ اعْتِبَارِهِمَا مَعَ الْوَلِيِّ خَبَرُ ابْنِ حِبَّانَ لَا نِكَاحَ إلَّا بِوَلِيٍّ وَشَاهِدَيْ عَدْلٍ وَمَا كَانَ مِنْ نِكَاحٍ عَلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَهُوَ بَاطِلٌ وَالْمَعْنَى فِي اشْتِرَاطِهِمَا الِاحْتِيَاطُ لِلْإِبْضَاعِ وَصِيَانَةُ الْأَنْكِحَةِ عَنْ الْجُحُودِ.

Apabila ayah atau saudara laki² tunggal mewakilkan (pada orang lain untuk menjadi wali) dalam pernikahan dan dia (ayah atau saudara tersebut) turut hadir (menjabat saksi) bersama orang lain, maka tidak sah pernikahannya meskipun terkumpul syarat² saksi di dalamnya karena (hakikatnya) dia adalah wali yang berakad maka tidak bisa dia menjadi saksi sebagaimana suami. Adapun wakil adalah penggantinya saja (pengganti wali asli). Tidak disyaratkan mendatangkan 2 (dua) saksi (secara sengaja), tetapi cukup hadirnya 2 (dua) saksi sebagaimana yang tercakup dalam kemutlakan matan. Dalil diperhitungkannya 2 (dua) saksi beserta wali adalah khobar Ibnu Hibban: "Tidak sah nikah kecuali dengan wali dan 2 (dua) saksi adil". Pernikahan tanpa hal tersebut adalah batil. Adapun maksud disyaratkannya 2 (dua) hal tersebut adalah bentuk kehati-hatian terhadap keturunan (nasab) dan menjaga pernikahan dari pengingkaran.


Wallahua'lam bisshowaab...



Rabu, 29 Januari 2025

Kesehatan dan Waktu Luang adalah 2 (dua) hal yang sering disia-siakan

 




Kitab Qimatuzzaman 'indal Ulama'
(Berharganya waktu menurut para ulama')
قال: قال رسول الله ﷺ: «نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس: الصحة والفراغ» (٢).
(٢) مغبون فيها كثير من الناس. أي ذو خسران فيهما كثير من الناس. قال بعضl العلماء: النعمة ما يتنعم به الإنسان ويستلذه، والغبن أن يشتري بأضعاف الثمن، أو يبيع بدون ثمن المثل. فمن صح بدنه، وتفرغ من الأشغال العائقة، ولم يسع لصلاح آخرته، فهو كالمغبون في البيع. والمقصود أن غالب الناس لا ينتفعون بالصحة والفراغ، بل يصرفونهما في غير محالهما، فيصير كل واحد منهما في حقهم وبالا! ولو أنهم صرفوا كل واحد منهما في محله لكان خيرا أي خير.
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda: 2 (dua) nikmat yang banyak manusia itu rugi terhadapnya yaitu sehat dan waktu luang.

Maksud dari "banyak manusia yang rugi" adalah banyak manusia yang mengalami kerugian atas 2 (dua) nikmat ini. Sebagian ulama' berkata: nikmat adalah sesuatu yang dinikmati dan dirasakan kelezatannya oleh manusia, sementara rugi adalah seseorang membeli dengan harga berkali-kali lipat atau menjual dengan harga yang tidak sepadan. Barangsiapa badannya sehat dan terbebas dari rintangan kesibukan tetapi ia tidak mau mengupayakan kebaikan akhirat maka ia seperti orang yang mengalami kerugian dalam jual beli. Maksudnya adalah bawah kebanyakan manusia itu tidak memanfaatkan kesehatan dan waktu luang. Bahkan sebaliknya, mereka menggunakan 2 (dua) hal tersebut tidak pada tempatnya sehingga keduanya menjadi bencana bagi mereka. Jika mereka mempergunakan masing-masing dari nikmat ini sesuai dengan tempatnya maka itu adalah kebaikan.

قال الإمام ابن الجوزي: قد يكون الإنسان صحيحا ولا يكون متفرغا، لشغله بالمعاش، وقد يكون مستغنيا ولا يكون صحيحا، فإذا اجتمعا فغلب عليه الكسل عن الطاعة فهو المغبون، وتمام ذلك أن الدنيا مزرعة الآخرة، وفيها التجارة الذي يظهر ربحها في الآخرة، فمن استعمل فراغه وصحته في طاعة الله فهو المغبوط، ومن استعملهما في معصية الله فهو المبغون، لأن الفراغ يعقبه الشغل، والصحة يعقبها السقم، ولو لم يكن إلا الهرم لكفى. قال المحقق الطيبي: ضرب النبي ﷺ للمكلف مثلا بالتاجر الذي له رأس مال، فهو يبتغي الربح مع سلامة رأس المال، فطريقه في ذلك أن يتحرى فيمن يعامله، ويلزم الصدق والحذق لئلا يبغن، فالصحة والفراغ رأس المال.
Imam Ibnul Jauzi berkata: terkadang, manusia itu sehat tetapi ia tidak punya waktu luang karena sibuk dengan pekerjaan. Di sisi lain, terkadang ia tercukupi tetapi tidak sehat. Ketika 2 (dua) hal tersebut berkumpul pada dirinya tetapi justru rasa malas mengalahkannya dari ketaatan maka manusia semacam ini adalah manusia yang merugi. Kesimpulan dari hal itu adalah bahwa dunia adalah ladang akhirat. Di dalamnya terdapat perdagangan yang keuntungannya akan terlihat di akhirat. Barangsiapa menggunakan waktu luang dan kesehatannya untuk taat kepada Allah maka ia adalah orang yang beruntung. Sebaliknya, barangsiapa menggunakan keduanya untuk maksiat kepada Allah maka dia adalah orang yang merugi sebab waktu luang akan diikuti dengan kesibukan setelahnya dan kesehatan akan diikuti dengan sakit setelahnya. Seandainya sakit hanya terjadi pada orang yang sudah tua, maka itu sudah cukup (menjadi pengingat untuk menggunakan waktu sebaik mungkin - faktanya, sakit tidak harus menunggu tua). Ulama' Ahli Tahqiq, Imam At Tibiy berkata: Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam mengibaratkan seorang mukallaf adalah pedagang yang memiliki modal harta. Dia mencari keuntungan dengan tetap menjaga keutuhan modal. Maka caranya adalah hendaknya ia memilih dengan siapa ia bermu'amalah dan hendaknya ia harus jujur serta cakap/mahir agar tidak rugi. Kesehatan dan waktu luang itulah modal harta.

Wallahualam...

Minggu, 15 September 2024

Bagaimana hukumnya bertayammum di suatu wilayah yang untuk memperoleh air saja harus mengantre berjam-jam?

 


Jawab:

Boleh apabila ia yakin giliran antreannya bakal jatuh setelah keluarnya waktu shalat.


*Catatan:

Shalatnya tidak wajib diulang jika memang wilayah tersebut pada umumnya tidak ada air. Tapi jika pada umumnya di wilayah tersebut sebenarnya ada air kemudian tiba-tiba suatu ketika tidak ada air dan hanya ada sumber air yang harus antre maka shalatnya wajib diulang.


Kitab Kasyifatussaja Syarh Safinatunnaja

الحالة الرابعة أن يكون الماء حاضرا لكن تقع عليه زحمة المسافرين بأن يكون في بئر ولا يمكن الوصول إليه إلا بآلة وليس هناك إلا آلة واحدة أو لأن موقف الاستقاء لا يسع إلا واحدا وفي ذلك خلاف، والراجح أنه يتيمم للعجز الحسي ولا إعادة عليه على المذهب

Kondisi keempat: Air ada di sekitarnya tetapi sekelompok musafir berkerumun (mengantre) gambarannya adalah sekiranya ada air di sebuah sumur dan tidak mungkin bisa mendapatkan air tersebut kecuali dengan sebuah alat dan disitu hanya ada 1 (satu) alat atau tempat untuk memperoleh air hanya cukup untuk 1 (satu) orang (sehingga harus antre). Dalam kasus ini ada khilaf. Pendapat yang rajih (kuat) adalah ia bertayammum karena termasuk kategori ajz (tidak mampu) secara hissi (kasat mata/nyata) dan tidak perlu mengulang shalatnya (i'adah).


Kitab Al Majmu' Syarh Al Muhaddzab

إذَا ازْدَحَمَ جَمْعٌ عَلَى بِئْرٍ لَا يُمْكِنُ الِاسْتِقَاءُ مِنْهَا إلَّا بِالْمُنَاوَبَةِ لِضِيقِ الْمَوْقِفِ أَوْ لِاتِّحَادِ آلَةِ الِاسْتِقَاءِ وَنَحْوِ ذَلِكَ فَإِنْ كَانَ يَتَوَقَّعُ وُصُولَ النَّوْبَةِ إلَيْهِ قَبْلَ خُرُوجِ الْوَقْتِ لَمْ يَجُزْ التَّيَمُّمُ وَإِنْ عَلِمَ أَنَّهَا لَا تَصِلُ إلَيْهِ إلَّا بَعْدَ خُرُوجِ الْوَقْتِ فَقَدْ حَكَى جُمْهُورُ الْخُرَاسَانِيِّينَ عَنْ الشَّافِعِيِّ ﵀ أَنَّهُ نَصَّ عَلَى أَنَّهُ يَصْبِرُ لِيَتَوَضَّأَ بَعْدَ الْوَقْتِ

Ketika sekelompok manusia mengerumuni sebuah sumur yang tidak mungkin mengambil air dalam sumur tersebut kecuali dengan bergantian karena sempitnya tempat atau karena alatnya hanya satu dan alasan yang semisalnya maka apabila giliran seseorang itu jatuh sebelum keluarnya waktu shalat maka ia tidak boleh tayammum. Jika ia meyakini bahwasanya tidak mungkin gilirannya jatuh kecuali setelah keluarnya waktu shalat maka Jumhur Ulama' Khurasan telah menceritakan dari Imam Syafi'i bahwasanya beliau menegaskan (terkait masalah ini) adalah orang tersebut harus bersabar untuk berwudhu setelah keluarnya waktu shalat.


Kitab Al Majmu' Syarh Al Muhaddzab

فَالضَّابِطُ الْأَصْلِيُّ مَا قَالَهُ الرَّافِعِيُّ وَأَشَارَ إلَيْهِ إمَامُ الْحَرَمَيْنِ وَصَاحِبُ الشَّامِلِ وَآخَرُونَ أَنَّ الْإِعَادَةَ تَجِبُ إذَا تَيَمَّمَ فِي مَوْضِعٍ يَنْدُرُ فِيهِ عَدَمُ الْمَاءِ وَلَا يَجِبُ إذَا كَانَ الْعَدَمُ يَغْلِبُ فِيهِ

Batasan aslinya adalah apa yang dikatakan oleh Imam Rofi'i dan diisyaratkan oleh Imam Haramain, Shohibu As Syamil dan yang lainnnya bahwasanya i'adah (mengulangi shalat) itu diwajibkan apabila seseorang tersebut tayammum di tempat yang jarang tidak ada air dan tidak wajib i'adah (mengulangi shalat) apabila pada umumnya memang tidak ada air.


Wallahua'lam bisshowaab...