[Jawab:]
- Dimandikan seperti biasa;
- Wajib menyumbat dan membalut/mengikat tempat keluarnya darah setelah mayit dimandikan;
- Setelah proses dimandikan, disumbat dan dibalut, selanjutnya adalah harus segera dishalati, tidak boleh ditunda-tunda.
Kitab Bughyatul Mustarsyidin
مسألة: بن يحيى: تجب إزالة النجاسة غير المعفو عنها عن الميت، سواء الأجنبية والخارجة منه، قبل إدراجه في الكفن اتفاقاً، ولو من غير السبيلين، وكذا بعده في الأصح كغسل الكفن الملوث بها، ولا تصح الصلاة عليه حينئذ مع وجود الماء المزيل لها. وقال البغوي: «لا تجب الإزالة بعد الإدراج مطلقاً وإن تضمخ الكفن» اهـ. قلت: ورجحه في الإمداد، وقال باعشن: ولو لم يمكن قطع الخارج من الميت صح غسله والصلاة عليه، لكن يجب فيه الحشو والعصب على محل النجاسة، والمبادرة بالصلاة عليه كالسلس» اهـ.
[Masalah: Imam Abdullah bin Yahya:] Wajib hukumnya menghilangkan najis yang tidak dima'fu (najis yang tidak dimaafkan) pada mayit, baik najis yang datangnya dari luar maupun najis yang berasal (keluar) dari tubuh mayit sebelum dibungkus kain kafan berdasarkan kesepakatan para ulama', meskipun najis tersebut keluar dari selain 2 (dua) lubang (qubul & dubur). Demikian juga, wajib menghilangkan najis setelah mayit dibungkus kain kafan menurut Qaul Ashoh, seperti membasuh kain kafan yang ternodai oleh najis. Tidak sah menshalati mayit yang ada najisnya ketika masih terdapat air yang bisa menghilangkannya. Imam Al Baghawi berkata,"Tidak wajib menghilangkan najis pada mayit setelah dibungkus kain kafan secara mutlak meskipun kain kafan tersebut tercemar/ternodai najis". Qultu (aku katakan): pendapat tersebut dikuatkan dalam kitab al imdad. Syekh Sa'id Ba'asyan berkata: seandainya tidak mungkin untuk menghentikan najis yang keluar dari tubuh mayit, maka sah memandikan dan menshalatinya, tetapi wajib menyumbat dan membalut/mengikat tempat keluarnya najis, serta segera dishalati seperti halnya orang yang mengalami beser.
Wallahua'lam bisshowaab....
0 komentar:
Posting Komentar