Kamis, 30 November 2023

NGAJI KITAB HASYIYAH AL BAJURI Seri Ke-1 : Awali aktivitasmu yang dinilai penting oleh syari'at dengan mengucap lafadz "Bismillahirrahmaanirrahiim"

 



(Maqra' teks ada di foto)


[Muqoddimah Penulis Kitab]


Bismillahirrahmaanirrahiim, dengan mengucap basmalah kami meminta pertolongan,


      Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberi petunjuk kepada kita ke jalanNya yang lurus, dan telah memahamkan kita dalam agama yang lurus. Saya bersaksi bahwasanya tiada tuhan yang wujud & berhak disembah kecuali Allah yang Maha Esa, tiada sekutu yang wujud bagiNya, persaksian yang bisa menyampaikan kita ke surga² kenikmatan dan bisa menjadi sebab untuk melihat dzatNya yang Maha Mulia. Saya bersaksi bahwasanya tuan kita, nabi kita, Muhammad SAW adalah hambaNya dan utusanNya, yang menjadi pemimpin, menjadi penopang, dan yang agung.Semoga Allah memberi shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga beliau, dan sahabat² beliau yang memiliki keutamaan yang besar.


    Setelah mengucap basmalah, hamdalah, shalawat dll, maka seorang hamba yang butuh kepada TuhanNya yang Maha Kuasa, yaitu  Ibrahim Al Bajuri, seorang yang punya cela (lalai) berkata: Sungguh Kitab Ibnu Qasim Al Ghazzi Syarah Matan Abi Syuja' telah banyak memberi manfaat dan banyak diambil manfaatnya, demikian juga dengan Kitab Hasyiyahnya, milik Al Allamah Imam Al Barmawi, beliau adalah orang yang memiliki setiap kebaikan. Akan tetapi Hasyiyah tersebut mengandung sebagian 'ibarot² (ungkapan²/teks) yang sulit, padahal yang pantas bagi para pemula adalah 'ibarot² (ungkapan²/teks) yang mudah. Oleh karena hal tersebut, banyak orang yang mendorongku waktu demi waktu, masa demi masa untuk menulis Hasyiyah atas Kitab Ibnu Qasim dengan makna yang mudah dan  redaksi (ucapan) yang gampang. Maka aku mengabulkan keinginan mereka untuk menulisnya. Allah mengetahui apa yang ada di sana. Aku mengabulkan karena meminta kepada Allah agar menjadikan kitab Hasyiyah (yang aku tulis) murni karena Allah yang Maha Mulia dan agar Allah bisa memberi manfaat yang luas dengan sebab kitab Hasyiyah ini. 


    Inilah saatnya untuk memulai tujuan (hal yang dimaksudkan) dengan pertolongan Raja yang disembah, Maka aku berucap: Wa billahi taufiq (semoga Allah memberikan taufiq) ke jalan yang paling baik.


[Ucapan Murid Pensyarah (Murid Ibnu Qasim Al Ghazzi):]

"Bismillahirrahmaanirrahiim", ini adalah basmalahnya pensyarah kitab, yaitu Imam Ibnu Qasim Al Ghazzi. Nanti akan datang basmalahnya pengarang kitab matan, yaitu Imam Abi Syuja'. Seyogyanya, bagi orang yang membuat dibajah (kalimat pembuka), yaitu murid²nya Imam Ibnu Qasim Al Ghazzi juga mendatangkan basmalah yang ketiga untuk dibajah ini (kalimat pembuka) karena sesungguhnya dibajah (kalimat pembuka) adalah perkara yang dinilai penting (oleh syariat). Sungguh telah bersabda Nabi Muhammad SAW: Setiap perkara yang dinilai penting (oleh syariat) yang tidak dimulai dengan bismillahirrahmaanirrahiim, maka perkara tersebut terputus, terpotong.


Wallahua'lam bisshowaabb....


Bersambung ke Seri Ke-2......


Catatan Penting untuk membantu pemahaman:

Dibajah (kalimat pembuka) adalah rangkaian kalimat yang dibuat oleh murid²nya Imam Ibnu Qasim Al Ghazzi (pensyarah) di bagian awal Kitab Fathul Qarib. Kalimat tersebut adalah lafadz: "Telah berkata Syekh, Al Imam, Al Alim, Al Allamah, Syamsuddin, Abu Abdillah Muhammad bin Qasim As Syafi'i, .......dst...... Aamiin." Silahkan dilihat di Kitab Fathul Qarib di bagian paling atas, di bawahnya lafadz basmalah Kitab Fathul Qarib (Muqoddimah). Menurut Imam Al Bajuri, seyogyanya murid²nya Imam Ibnu Qasim Al Ghazzi menuliskan basmalah khusus untuk dibajah tersebut, di bawah basmalahnya Kitab Fathul Qarib, karena dibajah (kalimat pembuka) adalah perkara yang dinilai penting (oleh syariat). Jadi total basmalah seharusnya ada 3 (tiga), yaitu basmalahnya Kitab Taqrib, basmalahnya Kitab Fathul Qarib dan basmalahnya dibajah.


Senin, 27 November 2023

Di sebagian kampung, warga menuliskan kutipan teks Al Qur'an dan lafadz Laa ilaaha illallah dan ikut menguburkannya ke dalam kain kafan mayit agar mayit terbebas dari siksa kubur berdasarkan riwayat Imam At Tirmidzi. Bagaimana hukumnya?


 

[Jawab:]

Diperinci:

  • Jika ditulis pada kain kafan atau ditulis di atas kertas tanpa pelindung apapun kemudian dimasukkan di antara dada mayit dan kafan maka HARAM karena terkena najis berupa nanah, darah dll;
  • Jika ditulis di atas kertas dan kertas tersebut dimasukkan pada sebuah tempat (misal botol) yang bahannya kuat setingkat kuatnya bahan tembaga kemudian dimasukkan di antara dada mayit dan kafan maka DIPERBOLEHKAN.


Catatan: Hadist riwayat Imam At Tirmidzi tersebut adalah hadist dhaif dan tidak bisa dijadikan pegangan (tidak mu'tamad) meski boleh juga diamalkan dengan syarat di atas.


Kitab Al Fatawa Al Fiqhiyyah Al Kubro

(سُئِلْت)

 فِي التِّرْمِذِيِّ أَنَّهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ مَنْ كَتَبَ هَذَا الدُّعَاءَ وَجَعَلَهُ بَيْنَ صَدْرِ الْمَيِّتِ وَكَفَنِهِ فِي رُقْعَةٍ لَمْ يَنَلْهُ عَذَابُ الْقَبْرِ وَلَا يَرَى مُنْكَرًا وَنَكِيرًا وَهُوَ هَذَا لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِاَللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ قَالَ بَعْضُهُمْ وَمِثْلُ ذَلِكَ مَا يُكْتَبُ مِنْ التَّسْبِيحِ الَّذِي قِيلَ فِيهِ إنَّهُ مَشْهُورُ الْفَضْلِ وَالْبَرَكَةِ مَنْ كَتَبَهُ وَجَعَلَهُ بَيْنَ صَدْرِ الْمَيِّتِ وَكَفَنِهِ لَا يَنَالُهُ عَذَابُ الْقَبْرِ وَلَا يَنَالُهُ مُنْكَرٌ وَنَكِيرٌ وَلَهُ شَرْحٌ عَظِيمٌ وَهُوَ دُعَاءُ الْأُنْسِ سُبْحَانَ مَنْ هُوَ بِالْجَلَالِ مُوَحَّدٌ وَبِالتَّوْحِيدِ مَعْرُوفٌ وَبِالْمَعَارِفِ مَوْصُوفٌ وَبِالصِّفَةِ عَلَى لِسَانِ كُلِّ قَائِلٍ رَبٌّ بِالرُّبُوبِيَّةِ لِلْعَالَمِ قَاهِرٌ وَبِالْقَهْرِ لِلْعَالَمِ جَبَّارٌ وَبِالْجَبَرُوتِ عَلِيمٌ حَلِيمٌ وَبِالْحِلْمِ وَالْعِلْمِ رَءُوفٌ رَحِيمٌ سُبْحَانَهُ كَمَا يَقُولُونَ وَسُبْحَانَهُ كَمَا هُمْ يَقُولُونَ تَسْبِيحًا تَخْشَعُ لَهُ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ عَلَيْهِمَا وَيَحْمَدُنِي مَنْ حَوْلَ عَرْشِي اسْمِي اللَّهُ وَأَنَا أَسْرَعُ الْحَاسِبِينَ. وقَالَ ابْنُ عُجَيْلٍ إذَا كُتِبَ هَذَا الدُّعَاءُ وَجُعِلَ مَعَ الْمَيِّتِ فِي قَبْرِهِ وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابَهُ وَهُوَ هَذَا اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالَمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ إنِّي أَعْهَدُ إلَيْك فِي هَذِهِ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا إنِّي أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا أَنْتَ وَحْدَك لَا شَرِيكَ لَك وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُولُكَ وَأَنَّك إنْ تَكِلْنِي إلَى نَفْسِي تُقَرِّبْنِي مِنْ الشَّرِّ وَتُبَاعِدْنِي مِنْ الْخَيْرِ وَإِنِّي لَا أَثِقُ إلَّا بِرَحْمَتِك فَاجْعَلْهُ لِي عِنْدَك عَهْدًا تُؤْتِنِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إنَّك لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ وَقَالَ أَيْضًا منْ كَتَبَ هَذَا الدُّعَاءَ فِي كَفَنِ الْمَيِّتِ رَفَعَ اللَّهُ عَنْهُ الْعَذَابَ إلَى يَوْمِ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ وَهُوَ هَذَا اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُك يَا عَالَمَ السِّرِّ يَا عَظِيمَ الْخَطَرِ يَا خَالِقَ الْبَشَرِ يَا مُوقِعَ الظَّفَرِ يَا مَعْرُوفَ الْأَثَرِ يَا ذَا الطَّوْلِ وَالْمَنِّ يَا كَاشِفَ الضُّرِّ وَالْمِحَنِ يَا إلَهَ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ فَرِّجْ عَنِّي هُمُومِي وَاكْشِفْ عَنِّي غُمُومِي وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ اهـ مَا قَالَهُ ابْنُ عُجَيْلٍ فَهَلْ مَا نَقَلَهُ صَحِيحٌ مُعْتَمَدٌ وَهَلْ يُفَرَّقُ بَيْنَ أَنْ يُكْتَبَ وَيُحْفَظَ عَنْ الصَّدِيدِ وَأَنْ لَا يُحْفَظَ عَنْهُ.

Aku ditanya tentang hadist riwayat Imam At Tirmidzi bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa menulis do'a ini di atas kertas dan meletakkannya di antara dada mayit dan kain kafannya,  maka niscaya si mayit tidak mendapat siksa kubur dan tidak melihat malaikat Munkar & Nakir. Do'anya adalah ini:

لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِاَللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ

Sebagian dari mereka berkata: Sama seperti do'a tersebut adalah tasbih yang ditulis di atas kertas dimana menurut sebuah pendapat dikatakan bahwa tasbih ini adalah do'a keutamaan dan keberkahan yang telah masyhur. Barangsiapa menulis tasbih ini dan meletakkannya di antara dada mayit dan kain kafannya,  maka niscaya si mayit tidak mendapat siksa kubur dan tidak ditanyai malaikat Munkar & Nakir. Tasbih tersebut memiliki syarah yang agung. Ia adalah do'a manusia. Teksnya adalah ini:

سُبْحَانَ مَنْ هُوَ بِالْجَلَالِ مُوَحَّدٌ وَبِالتَّوْحِيدِ مَعْرُوفٌ وَبِالْمَعَارِفِ مَوْصُوفٌ وَبِالصِّفَةِ عَلَى لِسَانِ كُلِّ قَائِلٍ رَبٌّ بِالرُّبُوبِيَّةِ لِلْعَالَمِ قَاهِرٌ وَبِالْقَهْرِ لِلْعَالَمِ جَبَّارٌ وَبِالْجَبَرُوتِ عَلِيمٌ حَلِيمٌ وَبِالْحِلْمِ وَالْعِلْمِ رَءُوفٌ رَحِيمٌ سُبْحَانَهُ كَمَا يَقُولُونَ وَسُبْحَانَهُ كَمَا هُمْ يَقُولُونَ تَسْبِيحًا تَخْشَعُ لَهُ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ عَلَيْهِمَا وَيَحْمَدُنِي مَنْ حَوْلَ عَرْشِي اسْمِي اللَّهُ وَأَنَا أَسْرَعُ الْحَاسِبِينَ.

Ibnu 'Ujail berkata: Jika do'a ini ditulis dan diletakkan bersama mayit di dalam kuburnya, maka Allah SWT akan melindunginya dari fitnah dan siksa kubur. Do'anya adalah ini:

اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالَمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ إنِّي أَعْهَدُ إلَيْك فِي هَذِهِ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا إنِّي أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا أَنْتَ وَحْدَك لَا شَرِيكَ لَك وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُولُكَ وَأَنَّك إنْ تَكِلْنِي إلَى نَفْسِي تُقَرِّبْنِي مِنْ الشَّرِّ وَتُبَاعِدْنِي مِنْ الْخَيْرِ وَإِنِّي لَا أَثِقُ إلَّا بِرَحْمَتِك فَاجْعَلْهُ لِي عِنْدَك عَهْدًا تُؤْتِنِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إنَّك لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ 

Beliau juga berkata: Barangsiapa yang menulis do'a ini di dalam kafannya mayit maka Allah akan mengangkat siksa kubur darinya sampai dengan hari ditiupnya sangkakala. Do'anya adalah ini:

اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُك يَا عَالَمَ السِّرِّ يَا عَظِيمَ الْخَطَرِ يَا خَالِقَ الْبَشَرِ يَا مُوقِعَ الظَّفَرِ يَا مَعْرُوفَ الْأَثَرِ يَا ذَا الطَّوْلِ وَالْمَنِّ يَا كَاشِفَ الضُّرِّ وَالْمِحَنِ يَا إلَهَ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ فَرِّجْ عَنِّي هُمُومِي وَاكْشِفْ عَنِّي غُمُومِي وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ اهـ


Apakah riwayat yang dinukil tersebut shohih dan bisa dijadikan pegangan? Apakah ada bedanya antara do'a ini ditulis kemudian dijaga dari nanah dengan do'a ini ditulis tapi tidak dijaga dari nanah?


(فَأَجَبْت

بِقَوْلِي لَيْسَ ذَلِكَ بِصَحِيحٍ وَلَا مُعْتَمَدٍ فَقَدْ أَفْتَى الْإِمَامُ ابْنُ الصَّلَاحِ بِأَنَّهُ لَا يَجُوزُ كِتَابَةُ شَيْءٍ مِنْ الْقُرْآنِ عَلَى الْكَفَنِ صِيَانَةً لَهُ عَنْ صَدِيدِ الْمَوْتَى وَمِثْلُ ذَلِكَ الْكِتَابُ الَّذِي يُسَمُّونَهُ كِتَابَ الْعُهْدَةِ يَنْبَغِي أَنْ لَا يَجُوزَ وَأَقَرَّ ابْنُ الصَّلَاحِ عَلَى ذَلِكَ الْأَئِمَّةُ بَعْدَهُ وَهُوَ ظَاهِرُ الْمَعْنَى جِدًّا فَإِنَّ الْقُرْآنَ وَكُلَّ اسْمٍ مُعَظَّمٍ كَاسْمِ اللَّهِ أَوْ اسْمِ نَبِيٍّ لَهُ يَجِبُ احْتِرَامُهُ وَتَوْقِيرُهُ وَتَعْظِيمُهُ وَلَا شَكَّ أَنَّ كِتَابَتَهُ وَجَعْلَهُ فِي كَفَنِ الْمَيِّتِ فِيهِ غَايَةُ الْإِهَانَةِ لَهُ إذْ لَا إهَانَةَ كَالْإِهَانَةِ بِالتَّنْجِيسِ وَنَحْنُ نَعْلَمُ بِالضَّرُورَةِ أَنَّ مَا فِي كَفَنِ الْمَيِّتِ لَا بُدَّ وَأَنْ يُصِيبَهُ بَعْضُ دَمِهِ أَوْ صَدِيدِهِ أَوْ غَيْرِهِمَا مِنْ الْأَعْيَانِ النَّجِسَةِ الَّتِي بِجَوْفِهِ فَكَانَ تَحْرِيمُ وَضْعِ مَا كُتِبَ فِيهِ اسْمٌ مُعَظَّمٌ فِي كَفَنِ الْمَيِّتِ مِمَّا لَا يَنْبَغِي التَّوَقُّفُ فِيهِ. وأَمَّا مَا فِي التِّرْمِذِيِّ فَيَتَوَقَّفُ الِاحْتِجَاجُ بِهِ عَلَى صِحَّةِ سَنَدِهِ بَلْ لَوْ فُرِضَ صِحَّةُ سَنَدِهِ لَمْ يُعْمَلْ بِهِ لِأَنَّ الْأَئِمَّةَ نَصُّوا عَلَى خِلَافِ مُقْتَضَاهُ فَيَكُونُ إعْرَاضُهُمْ عَنْهُ إنَّمَا هُوَ لِعِلَّةٍ فِيهِ كَيْفَ وَهُوَ مُخَالِفٌ لِهَذِهِ الْقَاعِدَةِ الْمَعْلُومَةِ الَّتِي لَا نِزَاعَ فِيهَا وَهِيَ أَنَّ تَنْجِيسَ اسْمِ اللَّهِ وَنَحْوِهِ فِيهِ إهَانَةٌ لَهُ وَإِهَانَتُهُ مُحَرَّمَةٌ فَيَكُونُ السَّبَبُ إلَى ذَلِكَ مُحَرَّمًا نَعَمْ إنْ فُرِضَ أَنَّ ذَلِكَ الْمَكْتُوبَ جُعِلَ فِي مَحِلٍّ مِنْ الْقَبْرِ بِحَيْثُ أُمِنَ عَلَيْهِ يَقِينًا أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ شَيْءٌ مِنْ الصَّدِيدِ وَنَحْوِهِ لَمْ يَبْعُدْ الْقَوْلُ بِالْجَوَازِ حِينَئِذٍ لِانْتِفَاءِ عِلَّةِ التَّحْرِيمِ السَّابِقَةِ عَلَى أَنَّهُ حِينَئِذٍ لَا يُجْدِي شَيْئًا لِأَنَّ الشَّرْطَ كَمَا ذُكِرَ عَنْ التِّرْمِذِيِّ وَغَيْرِهِ أَنْ يُوضَعَ فِي كَفَنِ الْمَيِّتِ فَوَضْعُهُ خَارِجَ الْكَفَنِ لَا يُفِيدُ شَيْئًا فَالْحَاصِلُ أَنَّهُ إنْ وُضِعَ فِي الْكَفَنِ كَانَ فِيهِ تَسَبُّبٌ إلَى تَنْجِيسِ اسْمِ اللَّهِ تَعَالَى وَقَدْ تَقَرَّرَ وَبَانَ وَظَهَرَ حُرْمَةُ ذَلِكَ وَإِنْ وُضِعَ خَارِجَ الْكَفَنِ لَمْ يُفِدْ شَيْئًا لِأَنَّ ذَلِكَ الثَّوَابَ الَّذِي قِيلَ فِيهِ مَشْرُوطٌ بِوَضْعِهِ فِي الْكَفَنِ فَالصَّوَابُ عَدَمُ كِتَابَةِ ذَلِكَ وَعَدَمُ وَضْعِهِ فِي الْقَبْرِ مُطْلَقًا وَاَللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ.

Maka aku jawab dengan ucapanku: Riwayat tersebut tidaklah shohih dan tidak pula bisa dijadikan pegangan. Sungguh, Imam Ibnu Sholah telah berfatwa bahwa tidak boleh menulis ayat Al Qur'an sedikitpun di atas kafan karena untuk menjaganya (melindunginya) dari nanahnya mayit. Sama seperti tulisan Al Qur'an adalah tulisan yang diberi nama Kitab Al 'Uhdah sudah seharusnya tidak diperbolehkan. Para Imam setelah Ibnu Sholah membenarkan hal itu. Fatwa ini sangatlah jelas maknanya karena sesungguhnya Al Qur'an dan nama-nama yang diagungkan seperti nama Allah, nama nabiNya wajib dimuliakan, dihormati dan diagungkan. Tidak ada keraguan bahwa menulis do'a tersebut dan meletakkannya di dalam kafan mayit adalah puncak penghinaan terhadapnya karena tidak ada penghinaan yang tingkatannya sama seperti menghinakan dengan cara menajiskannya (membuat tulisan tersebut terkena najis). Kita semua tahu secara pasti (semua kalangan tahu baik awam maupun 'alim) bahwa segala hal yang ada di dalam kafan pasti terkena sebagian darah mayit, nanahnya ataupun najis-najis lain yang berasal dari perut mayit. Maka pengharaman meletakkan segala sesuatu yang tertulis nama-nama yang diagungkan di dalam kafan mayit sudah seharusnya tidak boleh diragukan lagi. Adapun riwayat Imam At Tirmidzi, maka penggunaannya sebagai dalil tergantung pada kesahihan mata rantainya (sanadnya), sebaliknya jika pun kita asumsikan sanadnya shohih, maka tidak boleh diamalkan karena para imam telah menegaskan pertentangannya. Para Imam menolak terhadapnya disebabkan oleh adanya cacat di dalamnya, dan hal itu merupakan pelanggaran terhadap kaidah yang sudah ma'lum diketahui dan tidak ada perselisihan akan hal itu. Kaidah tersebut adalah sesungguhnya menajiskan nama Allah dan yang semisalnya adalah penghinaan terhadapnya. Menghinakan nama Allah adalah hal yang diharamkan sehingga setiap perkara yang bisa mengantarkan pada peghinaan maka juga diharamkan. Memang benar, jika tulisan tersebut diletakkan di area yang sekiranya area tersebut secara yakin aman tidak terkena nanah sedikitpun (dan najis lainnya) maka qaul yang menyatakan akan kebolehannya tidaklah jauh dari kebenaran karena hilangnya 'illat pengharaman yang dijelaskan sebelumnya. Hanya saja tidak ada faidah sedikitpun karena disyaratkan sebagaimana dalam riwayat At Tirmidzi adalah diletakkan di dalam kafan mayit. Jika diletakkan di luar kafan maka tidak berfaidah sedikitpun. Maka kesimpulannya adalah apabila diletakkan di dalam kafan mayit maka bisa menjadi sebab (mengantarkan) pada menajiskan nama Allah dan sangat jelas sekali keharamannya. Apabila diletakkan di luar kafan maka tidak memberi faidah sedikitpun karena pahala yang dijelaskan dalam riwayat tersebut harus diletakkan di dalam kafan. Maka yang benar adalah tidak usah menulis do'a tersebut dan tidak perlu meletakkan di dalam kubur secara mutlak. Wallahua'lam bisshowab.


Kitab Hasyiyah Al Jamal

من كتبه وجعله في حرز من النجاسة كقصبة أو نحاس ووضعه بين صدر الميت وكفنه أمن من فتنة القبر ولم ير من الملكين المكرمين فزعا.

Barang siapa menulis doa tersebut dan meletakkannya pada tempat yang bisa melindunginya dari najis, seperti tabung yang kuat atau botol tembaga, kemudian diletakkan diantara dada mayit dan kain kafannya maka dia akan aman dari fitnah kubur dan tidak akan melihat Munkar Nakir dengan ketakutan.


Kitab As Syarqowi

وما ذكره الأذرعي من حرمة كتابة القرآن على القبر لتعرضه للدوس والنجاسة والتلويث بصديد الموتى بتكرر السنين مردود بإطلاقهم لا سيما والمحذور غير محقق

...dst.....Pengqiyasan terhadap apa yang disebutkan Imam Al-Adzra'i tentang keharaman menulis Al-Qur'an pada kubur karena terkena injak, najis, dan tercemar oleh nanahnya orang mati selama bertahun-tahun adalah tertolak dengan ulama' yang memutlakkan (kemakruhan menulis nama pada nisan), apalagi yang dilarang itu tidak terbukti kebenarannya.



Wallahua'lam bisshowaab....


Rabu, 22 November 2023

Bagaimana hukumnya memberi air minum pada orang yang sakaratul maut? Apakah setan datang menggoda orang yang sakaratul maut?

 


[Jawab:]


  • Hukumnya Sunnah, bahkan Wajib apabila orang yang sakaratul maut tersebut ada indikasi butuh minum, seperti senang/gembira jika diberi minum;
  • Ada nukilan ulama' yang menyatakan bahwa setan datang kepada orang sakaratul maut untuk menjerumuskannya agar keluar dari iman.


Kitab Hasyiyah Al Bujairimi 'ala Al Manhaj

ويجرع الماء ندبا بل وجوبا فيما يظهر إن ظهرت أمارة تدل على احتياجه له كأن يهش إذا فعل به وقد قيل إن الشيطان يأتيه بماء ويقول له قل لا إله إلا أنا حتى أسقيك فإن قال ذلك مات على غير إيمان. اه‍ حج

Disunnahkan untuk menegukkan (memberi) air minum kepada orang yang sakaratul maut, dan bahkan diwajibkan menurut pendapat yang dhohir apabila ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa orang yang sakaratul maut tersebut butuh minum, seperti misalnya dia merasa senang (gembira) jika diberi air minum. Ada pendapat: Dikatakan bahwa Setan membawakan air kepada orang yang sakaratul maut dan setan berkata kepadanya, “Katakanlah tidak ada Tuhan selain Aku, sehingga Aku akan memberimu minum.” Jika orang yang sakaratul maut (mengikuti permintaan setan dan) berkata demikian, maka dia mati tanpa iman (murtad).


Wallahua'lam bisshowaabb.....

Selasa, 21 November 2023

Saat tidak bisa hadir secara langsung untuk Ta'ziyah, sering kali dengan cara mengirimkan Karangan Bunga. Apakah Karangan Bunga sudah mencukupi sebagai ta'ziyah dan mendapat pahala?

 


[Jawab:]


  • Sudah mencukupi sebagai ta'ziyah dan mendapat pahala;
  • Karena karangan bunga dalam konteks duka (belangsungkawa) sudah memuat nuansa salah satu dari definisi ta'ziyah secara syariat dan sudah ma'ruf (dikenal) di kalangan masyarakat;
  • Meskipun begitu, tetap saja yang paling bagus adalah ta'ziyah dengan hadir secara langsung.


Kitab Hasyiyah Qalyubi Wa Umiroh

وتحصل التعزية بكتاب أو رسالة أو نحو ذلك

Diperoleh (pahala) ta’ziyah dengan tulisan, surat, dan semisalnya


Kitab Tuhfatul Habib 'ala Syarh Al Khotib

التعزية لغة التسلية وشرعا الأمر بالصبر والحمل عليه بوعد الأجر والتحذير من الوزر بالجزع والدعاء للميت بالمغفرة وللمصاب بجبر المصيبة

Ta’ziyah secara bahasa berati menghibur. Adapun menurut syara’, ta'ziyah adalah menyuruh (orang yang ditimpa musibah) bersabar dan mendorongnya untuk selalu bersabar dengan janji pahala dan memberi peringatan dari dosa akan orang yang berputus asa, serta mendoakan mayit agar mendapat ampunan dan mendoakan orang yang ditimpa musibah agar mendapatkan gantinya (terhibur).


Kitab Hasyiyah Al Jamal

( قوله أيضا وهي الأمر بالصبر إلخ ) 

ظاهره أن التعزية إنما تتحقق بمجموع ما يأتي والظاهر أنه غير مراد فليراجع .اه‍ .رشيدي

[Ucapan muallif: menyuruh (orang yang ditimpa musibah) bersabar...dst....] secara dhohir (sekilas) sesungguhnya ta'ziyah hanya bisa terealisasi (terwujud) dengan terkumpulnya semua perkara yang disebutkan, namun pendapat yang dhohir menyatakan bahwa bukan itu yang dimaksud. Maka hendaknya dikaji ulang. 


Wallahua'lam bisshowaabb....

Sabtu, 18 November 2023

Bolehkah membawa jenazah menuju ke kuburan dengan memakai ambulan (bukan dengan keranda yang digotong di atas bahu)?

 


[Jawab:]


  • Hukumnya Makruh sebab:

  1. menghilangkan fadhilah (keutamaan) menggotong mayit dengan 2 (dua) palang keranda di atas pundak;
  2. menjadikan mayit serupa dengan perkakas, harta benda atau barang-barang yang dibawa dengan sebuah alat sehingga dianggap menghilangkan kemuliaan mayit.

  • Hukum Makruh tersebut berubah menjadi Mubah (Boleh) apabila jaraknya jauh dan mendapat kesulitan yang besar.


Kitab Bulghotutthullab

(مسألة ك) حمل الميت المسلم على العروبة المعروفة الآن التي يجرها الحصان أو الإنسان جائز لكنه خلاف الأولى لأنه يزيل فضيلة الحمل بين العمودين قلت هذا إذا لم يكن الحمل المذكور  مزريا للميت أما إذا كان على هيئة مزرية فإنه غير جائز قال في تنوير القلوب الرابع حمله فأقله يحمل على هيئة غير مزرية وفي النهاية وأما الصغير فإن حمله واحد جاز لعدم الإزراء فيه ومفهومه أن الإزراء في الحمل غير جائز.

[Masalah Kaf] Mengangkut mayit muslim dengan kereta yang telah dikenal di masa sekarang yang ditarik oleh kuda atau manusia hukumnya boleh akan tetapi khilaful aula (menyelisihi keutamaan) karena hal tersebut menghilangkan fadhilah (keutamaan) menggotong mayit dengan 2 (dua) palang keranda di atas pundak. Aku berkata: Hukum ini berlaku apabila membawa mayit dengan cara tersebut tidak sampai menghinakan mayit. Jika membawa dengan cara tersebut bisa menghinakan mayit maka tidak boleh (haram). Dalam Kitab Tanwirul Qulub dikatakan: Yang keempat, adalah membawa mayit. Paling minimalnya adalah membawa dengan cara (metode) yang tidak sampai menghinakan mayit. Dalam Kitab Nihayah disebutkan: Adapun mayit anak kecil jika digendong oleh satu orang maka hukumnya boleh karena tidak ada unsur penghinaan di dalamnya. Dari hal tersebut dapat difahami bahwa sesungguhnya izra' (penghinaan) ketika membawa mayit adalah tidak diperkenankan.


Kitab Fatawa Al Azhar

حمل الميت على أعناق الرجال هو المتعارف بين المسلمين من الصدر الأول إلى اليوم، ‏أما حمله على دابة أو غيرها من ‏أدوات الحمل فمكروه؛ لأن فيه ‏تشبيهًا للأموات بالأمتعة وهو مناف ‏لإكرامهم.....-..... إن كان ‏البعد شاسعًا، والمشقة عظيمة؛ بين مكان الوفاة و مكان الدفن فإنه في هذه الحالة يسوغ حمل الميت على أداة من أدوات ‏الحمل لذلك العذر.

Cara membawa mayit adalah dengan digotong di atas batang leher (pundak) orang-orang sebagaimana yang lazim dikenal di kalangan kaum muslimin dari masa awal hingga hari ini. Adapun membawa mayit dengan tunggangan (kendaraan) atau alat-alat pengangkut lainnya maka hukumnya makruh karena di dalamnya ada penyerupaan mayit dengan perkakas (barang-barang, harta benda). Hal ini dianggap menghilangkan kemuliaan mayit...dst.... Apabila jaraknya jauh dan ada kesulitan yang besar antara tempat wafat dan makam maka dalam hal ini diperbolehkan membawa mayit dengan suatu alat pengangkut karena adanya udzur tersebut.


Wallahua'lam bisshowaabb.....


Rabu, 15 November 2023

Saat ziarah kubur, selain menaburkan bunga, seringkali orang-orang menyirami kuburan dengan air. Bagaimana hukumnya?

 


[Jawab:]

Hukumnya sunnah


Kitab Nihayatuzzain

وَيُنْدَبُ رَشُّ الْقَبْرِ بِمَاءٍ باَرِدٍ تَفاَؤُلاً بِبُرُوْدَةِ الْمَضْجَعِ وَلاَ بَأْسَ بِقَلِيْلٍ مِنْ مَّاءِ الْوَرْدِ ِلأَنَّ الْمَلاَ ئِكَةَ تُحِبُّ الرَّائِحَةَ الطِّيْب

Disunnahkan menyirami kuburan dengan air yang dingin karena tafa'ul (mengharapkan) agar tempat tidurnya mayit (kuburan) dingin. Tidak apa-apa menyiram kuburan dengan sedikit air mawar karena malaikat senang pada aroma yang harum.


Wallahu'alam bisshowaab....


Minggu, 12 November 2023

Apa hukumnya menabur bunga di atas kuburan?



[Jawab:]

  • Hukumnya sunnah selama bunga tersebut belum kering 


Kitab Fathul Mu'in ma'a Hasyiyah I'anatuttholibin

(مهمة) 

يسن وضع جريدة خضراء على القبر للاتباع ولأنه يخفف عنه ببركة تسبيحها وقيس بها ما اعتيد من طرح نحو الريحان الرطب

[Hal penting]: disunnahkan meletakkan pelepah yang masih hijau (basah) di atas kubur karena mengikuti sunnah nabi dan karena dapat meringankan adzab mayyit sebab barokah tasbih pelepah tersebut. Diqiyaskan dengan pelepah adalah segala hal yang ditaburkan yang sudah menjadi kebiasaan di masyarakat misalnya bunga harum yang basah.

(قوله: للاتباع) 

هو ما رواه ابن حبان عن أبي هريرة - رضي الله عنه - قال: كنا نمشي مع رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فمررنا على قبرين، فقام، فقمنا معه، فجعل لونه يتغير حتى رعد كم قميصه، فقلنا: مالك يا رسول الله؟ فقال: أما تسمعون ما أسمع؟ فقلنا: وما ذاك يا نبي الله؟ قال: هذان رجلان يعذبان في قبورهما عذابا شديدا في ذنب هين - أي في ظنهما، أو هين عليهما اجتنابه - قلنا: فبم ذاك؟ قال: كان أحدهما لا يتنزه من البول، وكان الآخر يؤذي الناس بلسانه، ويمشي بينهم بالنميمة.فدعا بجريدتين - من جرائد النخل - فجعل في كل قبر واحدة. قلنا يا رسول الله: وهل ينفعهم ذلك؟ قال: نعم يخفف عنهما ما دامتا رطبتين.

Ucapan pengarang: [karena mengikuti sunnah nabi] yaitu hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dari Abu Hurarirah R.A, beliau berkata,"Kami pernah berjalan bersama Rasulullah SAW, lalu kami melewati 2 (dua) kubur. Rasul berhenti, kami pun berhenti bersama beliau. Wajah beliau berubah hingga lengan jubahnya bergetar. Kami berkata: Ada apa denganmu wahai Rasulullah?, beliau berkata: Tidakkah kalian mendengar apa yang aku dengar?, Kami berkata: Apakah itu wahai Nabiyullah?, Beliau berkata: Ini adalah 2 (dua) orang lelaki yang disiksa di kuburnya dengan siksa yang amat pedih karena dosa yang remeh maksudnya remeh menurut pandangan mereka berdua atau remeh bagi mereka berdua untuk menjauhi dosa ini. Kami berkata: Dosa apa itu yaa Rasulullah?, Beliau berkata: Orang pertama tidak mensucikan najis setelah kencing (tidak istinja'/cebok), sementara orang kedua suka menyakiti/melukai orang lain dengan lisannya, dan gemar mengadu domba. kemudian beliau mengambil 2 (dua) pelepah dari pelepah-pelepah kurma dan menancapkannya pada tiap kubur satu pelepah. Kami berkata: Wahai Rasulullah, apakah pelepah tersebut bisa memberi manfaat pada mereka?, Beliau berkata: Iya, benar, pelepah ini akan meringankan beban adzab mereka berdua selama masih basah."

(وقوله: ببركة تسبيحها) أي الجريدة الخضراء، وفيه أن اليابسة لها تسبيح أيضا، بنص: (وإن من شئ الا يسبح بحمده) فلا معنى لتخصيص ذلك بالخضراء، إلا أن يقال إن تسبيح الخضراء أكمل من تسبيح اليابسة، لما في تلك من نوع حياة.

Ucapan pengarang: [sebab barokah tasbihnya pelepah] maksudnya adalah pelepah yang hijau (basah). Dalam ungkapan ini, sesungguhnya pelepah yang kering juga bisa bertasbih, dengan dasar: "tidak ada sesuatu pun kecuali bertasbih dengan memuji-Nya". Maka tidak berarti pengkhususan tasbih hanya berlaku untuk yang basah belaka, hanya saja tasbihnya yang basah lebih sempurna daripada tasbihnya yang kering karena termasuk jenis tanaman yang hidup.

Wallahua'lam bisshowaab....


Jumat, 10 November 2023

Bagaimana perasaan mayyit yang diziarahi oleh orang yang hidup dan apakah dia tahu siapa yang ziarah kepadanya?

[Jawab:]

Orang yang meninggal sangat senang ketika diziarahi dan mengetahui siapa yang ziarah kepadanya


Kitab Al Fatawa Al Fiqhiyyah Al Kubro

(وَسُئِلَ)

 نَفَعَ اللَّهُ بِهِ هَلْ يَعْلَمُ الْأَمْوَاتُ بِزِيَارَةِ الْأَحْيَاءِ وَبِمَا هُمْ فِيهِ؟

(فَأَجَابَ)

 بِقَوْلِهِ نَعَمْ يَعْلَمُونَ بِذَلِكَ مِنْ غَيْرِ تَقْيِيدٍ بِزَمَانٍ خِلَافًا لِمَنْ قَيَّدَ كَمَا أَفَادَهُ حَدِيثُ ابْنِ أَبِي الدُّنْيَا «مَا مِنْ رَجُلٍ يَزُورُ قَبْرَ أَخِيهِ وَيَجْلِسُ عَلَيْهِ إلَّا اسْتَأْنَسَ وَرُدَّ حَتَّى يَقُومَ» وَصَحَّ حَدِيثُ «مَا مِنْ أَحَدٍ يَمُرُّ بِقَبْرِ أَخِيهِ الْمُؤْمِنِ كَانَ يَعْرِفُهُ فِي الدُّنْيَا فَيُسَلِّمُ عَلَيْهِ إلَّا عَرَفَهُ وَرَّدَ عَلَيْهِ السَّلَامَ» .

Syekh Ibnu Hajar Al Haitami ditanya (semoga Allah SWT memberi manfaat lantaran beliau),"Apakah orang² yang mati mengetahui akan ziarahnya orang² yang hidup (kepadanya) dan mengetahui apa yang mereka alami?"

Beliau (Syekh Ibnu Hajar Al Haitami) menjawab dengan ucapannya,"Ya, benar, mereka mengetahui akan hal itu tanpa dibatasi oleh waktu, menyelisihi pendapat orang yang membatasinya (dengan waktu) sebagaimana faidah yang diambil dari hadist Ibnu Abi Dunya: Tidak ada seorangpun yang berziarah ke kubur saudaranya kemudian duduk di dekatnya melainkan saudaranya tersebut pasti merasa senang dan nyaman hingga ia berdiri (dari duduknya).  Dan ada hadist shohih juga: Tidak ada seorangpun yang pergi mengunjungi kubur saudara mukminnya yang ia kenal semasa hidup di dunia kemudian ia mengucap salam kepadanya melainkan saudaranya tersebut mengenalinya (mengetahuinya) kemudian ia menjawab salamnya."

Wallahua'lam bisshowaab...